mercredi 13 juin 2012

Analisis Puisi "Rumah by Toto Sudarto Bachtiar"






 
Alasan mengapa puisi ini dipilih karena puisi ini menggambarkan kehidupan realita layaknya mahasiswa. Mahasiswa merantau ke negri orang. Jauh dari orang tua yang mengharuskan mereka mengatur sendiri jalan hidupnya dan bersikap mandiri. Mahasiswa identik dengan kehidupan anak kos dan hidup bersama – sama dengan teman satu kosnya. Suatu saat teman satu kos sedang pulang, pastinya penyakit rumah pun datang ketika kesepian di kos. Mereka akan rindu dengan kampung halaman dan orang tua di rumah. Inilah mungkin yang dirasakan Toto Sudarto Bachtiar ketika menulis puisi RUMAH ini.
Suasana yang muncul ketika membaca puisi ini adalah jiwa yang kesepian ketika sendiri tiada teman menyertai. Kadang ketika kita sudah terbiasa bersama dan berkumpul dengan teman. Lalu teman kita pergi pulang kampung atau entah kemana, rasanyaa itu ada sesuatu yang hilang dari hidup kita. Seperti yang berbunyi pada bait pertama puisi ini ;
Kulihat dari cahaya bulan di pekarangan
Serambiku kelam dan berudara sepi
Tidak ada suara, tiada pula bayangan
Kecuali sahabatku, semuanya pergi
Suasana puisi ini dimunculkan melalui pemilihan kata (diksi) yang mendeskripsikan bagaimana kegelisahan, kesenduan dan kesepiannya si penulis. Seperti dicontohkan pada sepenggal bait pertama baris kedua Serambiku kelam dan berudara sepi.
Dari puisi ini dapat kita petik pelajaran bahwasannya manusia itu tidak dapat hidup sendiri, bahkan egois mementingkan diri sendiri tanpa mengetahui keadaan sekitarnya itu bagaimana. Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain.