Alasan mengapa puisi ini dipilih karena puisi ini menggambarkan
kehidupan realita layaknya mahasiswa. Mahasiswa merantau ke negri orang. Jauh
dari orang tua yang mengharuskan mereka mengatur sendiri jalan hidupnya dan
bersikap mandiri. Mahasiswa identik dengan kehidupan anak kos dan hidup bersama
– sama dengan teman satu kosnya. Suatu saat teman satu kos sedang pulang, pastinya
penyakit rumah pun datang ketika kesepian di kos. Mereka akan rindu dengan
kampung halaman dan orang tua di rumah. Inilah mungkin yang dirasakan Toto
Sudarto Bachtiar ketika menulis puisi RUMAH ini.
Suasana yang muncul ketika membaca puisi ini adalah jiwa yang
kesepian ketika sendiri tiada teman menyertai. Kadang ketika
kita sudah terbiasa bersama dan berkumpul dengan teman. Lalu teman kita pergi
pulang kampung atau entah kemana, rasanyaa itu ada sesuatu yang hilang dari
hidup kita. Seperti yang
berbunyi pada bait pertama puisi ini ;
Kulihat dari cahaya bulan di pekarangan
Serambiku kelam dan berudara sepi
Tidak ada suara, tiada pula bayangan
Kecuali sahabatku, semuanya pergi
Suasana puisi ini dimunculkan melalui pemilihan kata (diksi) yang
mendeskripsikan bagaimana kegelisahan, kesenduan dan kesepiannya si penulis.
Seperti dicontohkan pada sepenggal bait pertama baris kedua Serambiku kelam dan berudara sepi.
Dari puisi ini dapat kita petik pelajaran bahwasannya manusia itu
tidak dapat hidup sendiri, bahkan egois mementingkan diri sendiri tanpa
mengetahui keadaan sekitarnya itu bagaimana. Karena manusia
adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire