lundi 7 janvier 2013

Demain, dès l'aube...


Par Victor Hugo (1802-1885)
Demain, dès l'aube, à l'heure où blanchit la campagne,
Je partirai. Vois-tu, je sais que tu m'attends.
J'irai par la forêt, j'irai par la montagne.
Je ne puis demeurer loin de toi plus longtemps.

Je marcherai les yeux fixés sur mes pensées,
Sans rien voir au dehors, sans entendre aucun bruit,
Seul, inconnu, le dos courbé, les mains croisées,
Triste, et le jour pour moi sera comme la nuit.

Je ne regarderai ni l'or du soir qui tombe,
Ni les voiles au loin descendant vers Harfleur,
Et quand j'arriverai, je mettrai sur ta tombe

Un bouquet de houx vert et de bruyère en fleur.

Berdasarkan karya puisi Victor Hugo diatas, unsur pembentuk puisi tersebut masih sangat terikat dengan peraturan lama. Terlihat jelas puisi ini terdiri dari 3 bait. Dari setiap bait tersebut terdapat 4 larik / baris puisi. Dan tiap baris itu berakhiran rima abab. Serta dari tiap baris itu terdiri dari 12 suku kata.
Dari segi makna / isi yang terkandung dalam puisi. Perasaan sang pengarang  ini menggambarkan kesedihan karena kehilangan seseorang dicintainya karena orang tersebut sudah tiada lagi di dunia. Buktinya terdapat pada baris puisi yang menyebutkan “ et quand j’arriverai, je metterai sur ta tombe Un bouquet de houx vert et de bruyère en fleur.“ yang dalam bahasa Indonesia berarti “ dan mana kala aku tiba, kan ku letakkan di atas makam mu Serangkum rumpun hijau dan serangkum rumpun bunga Hafleur. Victor Hugo membuat puisi ini, setelah putrinya Leopoldine meninggal di usia sangat muda. Karena sangat merasa bersedih kala itu, kehilangan putri yang sangat ia sayangi dan ia cintai.
Penggunaan bahasa dan pemilihan kata/diksinya banyak menggunakan majas – majas. Seperti contoh dalam baris puisi “J'irai par la forêt, j'irai par la montagne.“  Pada larik puisi tersebut menggunakan majas *metonimia. la forêt dan la montagne mengindikasikan tempat yang jauh. Sehingga kalimat tersebut berarti bahwa betapa jauh jarak yang memisahkan Victor Hugo dan makam putrinya.

Menurut saya, puisi ini sangat berarti dalam sekali. Puisi ini diciptakan untuk mengenang orang yang sangat dikasihi dan dicintai. Pasti menyakitkan sekali ketika kehilangan seseorang untuk selamanya. Akan tetapi pada hakekatnya, seseorang yang sudah tidak ada di dunia fana ini jangan terus ditangisi. Mungkin jadinya, di alam sana mereka tidak akan tenang karena kita terus bersedih karenanya. Jadi lebih baik, kita berdoa terus kepada Allah untuk ketenangan rohnya di alam sana dan harus mengikhlaskan kepergiannya.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire