samedi 5 décembre 2015

Hiking the highest volcano in Indonesia 3805 Masl

“Sekepal tanah surga tercampakkan ke bumi”, begitulah seorang penyair menamai daerah Kerinci. Pantas saja penyair tersebut menyematkan title tersebut karena Kerinci memiliki bentang pemandangan alam yang hijau, indah, asri dan tenang. Kerinci terletak di ketinggian 1600 mdpl dan terdapat gunung yang menjadi atap tertinggi di pulau Sumatra. Sekaligus menjadi gunung tertinggi kedua di Indonesia, yaitu gunung Kerinci dengan ketinggian mencapai 3805 mdpl. Gunung kerinci merupakan gunung yang masih aktif dan masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Bagi orang yang hobi mendaki, Kerinci merupakan salah satu gunung yang menjadi impian para pendaki untuk disinggahi dan menapakkan kaki di puncaknya. Alhamdulillah, saya akhirnya bisa meninggalkan jejak kaki saya di puncak Kerinci pada tanggal 19 September 2015.
Tugu Macan Desa Kersik Tuo
Saya berangkat ke gunung Kerinci bersama 3 orang teman dari Jakarta (Bang Efan, Mbak Mira dan Bang Abel). Touchdown safely di Bandara Minangkabau Padang pukul 12.00 WIB, kami langsung menuju basecamp Kerinci di desa Kersik Tuo, Kec. Kayu Aro, Kab. Kerinci. Perjalanan dari bandara ke basecamp memakan waktu ± 8 jam menggunakan travel dengan harga Rp 170.000/orang. Sesampainya di basecamp pukul 21.00 WIB, 2 orang dari Palembang (Eki dan Beni) sudah tiba terlebih dahulu menunggu kami. Kami langsung bincang-bincang sebentar, istirahat dan packing ulang barang yang akan dibawa besok trekking.
Rute dari bandara Minagkabau, Padang ke desa Kayu Aro, Kerinci, Jambi
Selfie bareng sebelum pendakian
Besoknya setelah mandi dan makan, tepat pukul 08.00 WIB kami berangkat menuju pintu rimba. Untuk menuju lokasi pintu rimba, kami harus naik kendaraan sewaan karena lokasinya lumayan jauh dari basecamp. Lalu kami mampir ke pos perijinan sebelum masuk pintu rimba. Di pos perijinan kita harus membayar tiket masuk pendakian Rp 7.500/hari. Kalau nanjaknya 2-3 hari tinggal dikalikan dengan nominal tersebut. O iya, selama pendakian kami ditemani 2 orang kincai guide and porter ter-hits dah disono (Bang Ijat dan Bang Yudha). Wkwkwk :p
Shelter 1
Sekitar pukul 09.00 WIB, kami memulai perjalanan mendaki dari pintu rimba menuju pos 1 bangku panjang sekitar 20 menit. Lalu ke pos 2 batu lumut dan pos 3 pondokan. Setelah pos 3 ada shelter 1 berupa dataran luas cukup untuk ngecamp disitu. Konon sih ada penunggunya kalau malem, namanya mbak s*ci, rambutnya panjang pakek baju putih gituh (cerita orang-orang di basecamp). Oke forget about the rumor, di shelter 1 kami tiba tengah hari. Sekalian istirahat makan siang selama satu jam. Habis itu menuju shelter 2 yang jaraknya lumayan lama sekitar 2 jam. Di shelter 2 pas waktu itu sih kagak ada plakat (ilang ditelan macan kali ya wkwkwk). Habis shelter 2 ini nih jalanan putus semasa yang paling terkenal di jalur gunung Kerinci, jalur akar selokan air. Jadi nanjaknya kadang harus lewat akar-akar pohon gitu kayak terowongan. Belum lagi nglewatin pinggir selokan dan harus pegangan ke akar supaya keseimbangan badan tetap terjaga. Unik banget deh pokoknya, beda dari gunung di Jawa (kayak udah menapaki semua gunung di Jawa aje dah loh wkwkwk). Nah, perjalanan dari shelter 2 ke shelter 3 kurang lebih selama 2 jam juga. Waktu itu ane tepat tiba di shelter 3, jam 5an sore. Langsung buat tenda pas kenceng-kenceng banget anginnya. Habis itu makan, buat PR banyak dari rumah, habis itu istirahat buat siap2 nanjak pagi-pagi banget. O iya, rumor lagi nih. Katanya di shelter 3 ada penunggunya juga. Namanya mbah jen*got. Konon je*nggotnya itu puanjang sampek melebihi kaki gitu. Tapi Alhamdulillah sih ya, ane tau cerita-cerita ini pas udah di basecamp. Jadi enggak sreng sreeeng gimanaaa gitu pas tidur dan pas banget waktu itu ane tidur di tenda sendiri pula. Hmmm tapi ya alhamdulillah gak ada apa-apa kok selama niat mendakinya itu baik. Hehehehe… Yang ada mah gemetar terus awak nih, dinginnya enggak ketulungan di shelter 3. Maklum ya ketinggiannya aja udah 3000an lebih disitu.
Shelter 3
Keesokan harinya, ane dibangunin sama bang Ijat sekitar pukul 03.00 pagi untuk mengejar sunrise. Perjalanan dari shelter 3 ke puncak membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam waktu normal. Vegetasi tumbuhan mulai berkurang yang menandakan jalur ke puncak mulai berpasir. Sebelum tiba di puncak terdapat tugu memoriam untuk mengenang seorang pendaki yang konon hilang raganya dan hanya menyisakan peralatan pendakiannya, yaitu Tugu Yudha. Sebenarnya enggak hanya tugu Yudha aja sih, ada beberapa gundukan batu juga yang menandakan makam pendaki hilang. Tapi yang terkenal ya si Tugu Yudha itu.
Setelah itu sampai di puncak sekitar pukul 06.00 pagi. Langsung cap cus foto-foto. Kebenaran waktu itu banyak kelompok yang bebarengan sama kita. Jadi foto di plakat 3805 mdpl ngantrinya minta ampun dah. Hufft..
Habis selesai menikmati indahnya pemandangan alam dari pucuk tertinggi di Sumatra. Kami langsung turun ke camp. Tiba di camp langsung makan dan minum. Kemudian packing tenda dan carrier, siap-siap turun. Super fast track dah kalau turun. Kami mulai turun pukul 10.00, langsung istirahat sejenak di shelter 1 pukul 13.00-an. Lanjut lagi jalan sampai pintu rimba deh, kadang berhenti sejenak di pos 3, pos 2 dan pos 1. Tiba di basecamp sekitar setengah 5 sore. Langsung nyari toko, beli es. Eeeladah, ternyata yang punya toko orang jawa. Ngewes ngomong jowo wes hahhaha (gak fokus).
The only one taken photo on the peak was blur itu membuat hati dongkol sekaleee :(
Tips untuk naik gunung Kerinci sih yang penting pintar-pintar milih cuaca dan musim aja waktu kesana. Kayak ane kebeneran pas ada bencana alam kabut asap dah. Jadi gunungnya agak ngerokok-rokok gimana gitu kalau dipandang dari basecamp enggak sedep banget. L Kemudian porter/guide hubungin bener-bener jauh-jauh hari buat booking pas mau nanjak hari H. Sekalian deal-in harga per harinya berapa (penting). Logistik yang penting safety aja buat sampai beberapa hari pendakian. O iya hati-hati mungkin ya antara pos 2-pos 3. Katanya disitu sih kalau beruntung (hufft, amit-amit), bakal nemuin seliweran macan/harimau Sumatra. So be careful since your hiking.


Iya sekian dulu pengalaman admin waktu mendaki gunung ini ya. Even it’s the highest volcano but it’s not the best hiking mountain I ever climbed. But still everybody will have a different memory, won’t it? ;) So enjoy your time to hike this mountain. See you~
Au sommet du mont Kerinci 3805 metre d'altitude avec mes amis
Lereng gunung Kerinci
Jalur ke Puncak
The highest volcano, "I did it" ;)
Tugu Macan

jeudi 3 décembre 2015

Daylight; Go Ahead

Sebenarnya saya mau memposting ini setelah sehari benar-benar pergi dari sana, pas akhir bulan november. Tapi enggak apa-apa lah yang penting udah ke upload. Here we go curhatan saya about Pesantren Luhur. ;)
Logo Pesantren Luhur
Here I’m waiting, I’ll have to leave soon
Disini aku menunggu, aku harus segera pergi
Why am I holding on?
Kenapa aku bertahan?
We knew this day would come, we knew it all along
Kita tahu hari ini akan tiba, kita sudah lama tahu
How did it come so fast?
Bagaimana saat ini datang begitu cepat?
This is our last night but it’s late
Ini adalah malam terakhir kita, tapi sudah terlalu larut
And I’m trying not to sleep
Dan aku berusaha tak tertidur
Cause I know when I wake, I will have to slip away
Karena aku tahu saat terbangun,aku harus pergi

Chorus;
And when the daylight comes I’ll have to go
Dan ketika pagi menjelang, aku harus pergi
But tonight I’m gonna hold you so close
Tapi malam ini aku kan mendekapmu erat
Cause in the daylight we’ll be on our own
Karena saat pagi datang, kita akan berpisah
But tonight I need to hold you so close
Tapi malam ini aku harus mendekapmu erat
Oh-woah oh-woah oh woah

Here I’m staring at your perfection
Disini aku menatap kesempurnaanmu
In my arms, so beautiful
Dalam dekapanku, begitu cantik
The sky is getting bright, the stars are burning out
Langit mulai terang, cahaya bintang mulai pudar
Somebody slow it down
Seseorang, perlambatlah waktu
This is way too hard, cause I know
Ini sangat berat, karena aku tahu
When the sun comes up, I will leave
Ketika mentari tiba, aku kan pergi
This is my last glance that will soon be memory
Inilah terkahir kali kulihat dirimu yang kan segera menjadi kenangan
Back to Chorus;

I never wanted to stop
Aku tak pernah ingin berhenti
Because I don’t want to start all over, start all over
Karena aku tak ingin mengulang segalanya
I was afraid of the dark
Aku takut kegelapan
But now it’s all that I want, all that I want
Tapi kini, hanya itulah yang kuinginkan
Back to Chorus;
Oh-woah (yeah), oh-woah (yeah), oh-woah (yeah)

Sekedar selayang lagu dari Maroon 5 yang menggambarkan adanya perpisahan antara dua orang ketika pertemuan yang mengenalkan keduanya. Mungkin mereka sadar akan jalan hidup masing-masing yang ditempuh berbeda. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Keadaan, waktu, dan pandangan hidup memaksa salah satunya harus segera pergi untuk meneruskan kembali jalan hidup yang ia pilih.
Bangunan kokoh Pesantren Luhur Malang
Kali ini sengaja mengutip lagu tersebut karena terbawa perasaan banget (baper) hehhe. Iya, sudah kurang lebih 4 tahun aku mencari ilmu di bumi Arema ini. Dan tak terasa 4 tahun pula lah aku bertahan dan berada di pesantren luhur (LTPLM) saat masuk di tahun 2011. Banyak sekali pengalaman, momen-momen; senang, sedih, bahagia, kecewa dan kehilangan yang ku rasakan.

Sempat di tahun pertama dan kedua rasanya ingin sekali hengkang dari tempat aku menuntut ilmu agama disini karena tak kerasan. Namun perlahan pikiran dan hati ini mulai terbuka dan sadar di tahun ketiga akan pentingnya mencari barokah, doa, ilmu dari pesantren.
Masa-masa sulit pun datang di akhir tahun 2013 ketika pengasuh pesantren kami lebih dulu meninggalkan para santrinya ke tempat beliau benar-benar beristirahat dari perjuangannya menegakkan agama islam.
Pengasuh Pesantren Luhur Malang
Prof.Dr.K.H.Achmad Mudlor, S.H
Ada saat kami para santrinya menangis tiada terkira atas kepergian beliau. Aku sendiri pun tak bisa menahan air mata yang keluar dari pelupuk mata ini. Betapa sebentarnya aku mengenal beliau dan hal yang aku takutkan dalam pikiran pun datang ‘gimana keadaan pesantren ini kalau benar-benar ditinggal sama abah ya ?’. sempat ada senior yang menjawabi saya ‘hussh,,, ngomong opo toh.. gak ilok.’. Begitu kira-kira tegur salah seorang senior.
Ya itulah beberapa momen terbesar bagi saya di pesantren ini. Ya mungkin masih banyak hal-hal atau kejadian yang hanya bisa aku simpan saja tanpa harus dijelaskan disini.
Kini meski begitu berat hati ini, tiba saatnya ku harus melanjutkan kembali perjalananku menyongsong masa depan dan meneruskan perjuangan dalam menggapai mimpi. Jalan yang ku ambil/pilih adalah harus meninggalkan pesantren pertamaku ini. Aku tidak benar-benar pergi meninggalkan pesantren ini. Tapi hanya mencukupkan waktu yang ku punya untuk pesantren ini dan melanjutkan kembali langkahku dengan tak tinggal lagi di pesantren. Yeaah, tidak mudah memang. Tapi harus ikhlas untuk bisa melangkah lebih maju dari sekarang. Kenagan yang telah tercipta selama aku disini, terima kasih banyak. Terima kasih segala pelajaran, orang-orang di dalam pesantren, teman-teman blok Azka yang beregenerasi dari generasi pertama ke generasi setelahnya (penulis salah satu generasi pertama penghuni blok tersebut).
HARLAH Pesantren ke 15
Penghuni Azka Generasi Pertama :v
Semoga semuanya (para santri) tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan (jama’ah, istighatsah setelah sholat jama’ah shubuh dan maghrib, halaqoh dan ro’an pesantren dll.) yang sudah dijaga adatnya dari almarhum pengasuh ketika masih ada hingga sekarang beliau telah wafat. Penulis pun tak lupa memohon maaf atas kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, menyakiti dengan perkataan lisan maupun perbuatan. Maaf belum bisa berjuang penuh di pesantren Luhur. Sekali lagi maaf beribu-ribu maaf.
Semoga barokah tetap menyertai para santri, para alumni dan para ahlul ma’had (santri yang menetap selama lebih dari 4,5 tahun) dari Pesantren Luhur Malang. Aamiin. Wallahu’alam.
Buka bersama puasa Ramadhan tahun 2015 w/ Azka Family
Kumpul bukber se-angkatan pesantren (SAHUR 2011)