jeudi 20 juillet 2017

Puncak gunung “Putri Tidur”, Buthak 2868 Mdpl

Perjalanan pendakian kali ini, saya akan bercerita tentang pengalaman mendaki gunung yang disebut ‘Putri Tidur’ oleh masyarakat arema, yaitu Gunung Buthak. Memang benar aja sih kalau dilihat dari sebelah timur, tepatnya dari kota Malang. Gunung ini mirip seperti wanita yang sedang rebahan tidur gituh. Coba aja lihat deh pas kapan-kapan main ke Malang. ;)

Puncak Gunung Buthak
Oke lanjut ke perjalanan pendakian. Saya berangkat Sabtu (06/09/2015) dengan hmmm berapa anak yaaa. Agak lupa hahaha, sekitar 10 anak lebih kalau tidak salah. Ada yang gabung pendakian juga pas waktu itu. Akhirnya jadi banyak teman pas ndaki. Kami start pendakian dari kawasan parkir Panderman sekitar pukul 16.00 WIB. Pos 1 itu kalau tidak salah persimpangan antara jalur pendakian ke gunung Panderman dan gunung Buthak. Habis itu bertemu pos 2 sekitar 15 menit kemudian dengan tanda jalan berbelok ke kiri (kalau kita dari bawah).

Saat itu dari pos 2, jalur trekking semakin berdebu. Mungkin tidak terasa ya debu semakin bertebaran kemana-mana di udara karena perjalanan waktu itu malam hari kasat oleh mata. Tapi benar-benar payah dah kalau misal waktu hujan. Pasti jalannya berlumpur dan sulit dilewati sekaligus berat di kaki. Selama kurang lebih 5 jam kami berjalan kaki dari bukit ke bukit, mendaki gunung melewati lembah (kayak lagunya Ninja Hattori aja wkwkw :v). Kami sampai di pos V sekitar pukul 21.00 WIB dimana terdapat lahan datar untuk mendirikan beberapa tenda. Beruntung sekali pas waktu itu ketemu rombongan lain dari mapala Lamongan. Jadi kami dibantu mereka bareng-bareng mendirikan tenda.
Setelah tenda selesai didirikan dan kami sudah agak kepayahan, udara dingin pula pas di pos V. Akhirnya kami memutuskan istirahat tidur setelah mengisi energi dengan perbekalan nasi dan teh hangat. Supaya besok paginya siap untuk melanjutkan perjalanan lagi ke Puncak.
Sisa-sisa pohon terbakar

Hari minggu pagi, kami bangun dan mempersiapkan makan pagi sebelum berangkat ke puncak. Setelah nasi, mie rebus dan sisa lauk-pauk kemarin siap, kami langsung menyantap habis makanan tersebut rame-rame. Habis itu siap-siap packing barang yang mau dibawa pas muncak di 1 tas carrier. Kami pun memulai perjalanan sekitar pukul 07.00 WIB. Perjalanan dari pos V menuju padang savanna penuh dengan kayu pohon yang hitam bekas terbakar (memang waktu itu gunung Buthak habis heboh-hebohnya kebakaran hutan). Memang tak bisa diindahkan ya kebakaran hutan tersebut karena memang sepanjang perjalanan waktu itu daun dan ranting pohon kering kerontang. Jadi wajar saja kalau hal tersebut mudah memacu kebakaran apalagi angin di ketinggian tersebut lumayan kencang.

Hampir 3 jam pendakian dari pos V, akhirnya kami sampai di savanna gunung Buthak sekitar pukul 10.00 WIB. Memang benar ya disebut savanna karena tempat tersebut datar luas dan rumput-rumput khas pada ketinggian 2000-an mdpl. Tapi sayangnya, ya gitu, hangus bekas kebakaran gitu. Jadi hmm enggak terlihat hijau nan indah nian. Ya habis bencana, mau gimana lagi ya kalau Allah sudah menghendaki keadaan alam kita jadi seperti itu ya. Yang penting kita manusia jangan sampai merusak keindahan itu deh. O iya, di savanna ini sebenarnya paling cocok banget buat mendirikan tenda. Banyak lahan datar dan yang penting itu ada sumber air deras di kawasan tersebut.
Savanna Kering Gunung Buthak

Setelah dari savanna kami mengambil jalan agak ke selatan (enggak tau juga sih itu ke selatan atau kemana ya. Tapi feeling aku sih ke selatan hahaha) dan nemuin jalan masuk hutan. Jalur ke puncak lewat hutan ini treknya lumayan miring dan melelahkan sekaligus berdebu pula (siap-siap slayer atau penutup hidung gitu deh). Akhirnya setelah 1 jam perjalanan, kami tiba di puncak gunung Buthak sekitar jam 11 siang (pas benar mentereng-menterengnya matahari diatas ubun-ubun tuh). Tapi kami disuguhkan oleh pemandangan alam yang tak kalah menakjubkan pada siang hari itu. Disebelah barat lautan awan membanjiri dibawah puncak. Disebelah utara kami dapat melihat pemandangan gunung Arjuno-Welirang dengan jernih berdiri kokoh menjulang cakrawala. Di sebelah timur agak ke tenggara ada puncak gunung Semeru dan pemandangan savanna Buthak yang luas. O iya, di puncak gunung Buthak itu ada kayak sebuah podium kalau saya menyebutnya. Podium berlahan hampir sekitar diameter 4x 4 m (perkiraan) dikelilingi pohon khas ketinggian segitu. Plakatnya pun ada yang ditempel di pohon sebelah utara podium tanah tersebut kala itu. Enggak tau lagi plakatnya sekarang masih ada atau enggak. Kan biasanya banyak tangan-tangan jahil tuh. Hehehe peace!
Selatan Puncak
Lautan awan barat Puncak
Podium Puncak Gunung Buthak
Puncak 360°
Selesai urusan pemotretan di puncak gunung Buthak. Kami beranjak dari situ jam 12.00 lebih. O iya, sebelum itu kami kan datang dari sisi selatan puncak. Nah pas turun, kami mengambil jalur sisi utara puncak. Jadi bloggers harus benar-benar pintar baca jalur ketika turun ya. Jangan sampai tersesat salah jalur turun. Kemudian tiba di savanna lagi, istirahat sebentar untuk minum dan mengambil perbekalan air. Di padang savanna sendiri itu ada mata air jernih. Maka dari itu kebanyakan para pendaki mendirikan camp di savanna.
Mata air di savanna

Setelah selesai istirahat, kami langsung melanjutkan perjalanan turun dari savanna menuju tempat kami mendirikan tenda di pos V. Kurang lebih sekitar 1 jam kami tiba di tempat camp. Istirahat sebentar lalu masak makanan untuk perbekalan energi turun gunung. Packing tenda dan semua peralatan camp, kami turun sekitar pukul 16.00 WIB. Turun dari pos V sampai basecamp di parkiran Panderman memerlukan waktu 4 jam, sekitar pukul 20.00 WIB. Bersih- bersih badan dan istirahat sejenak di masjid sekitar parkiran. Setelah itu kami langsung balik ke kota Malang.

Tips untuk mendaki gunung Buthak via Panderman. Persiapan fisik dan logistik jelas harus dipikirkan. Kemudian tiket masuknya dulu ketika tahun 2015 itu Rp 7000/orang. Sejak artikel diterbitkan di blog saya, saya belum tahu lagi update sekarang menjadi berapa harga tiket masuknya. Dan dulu kalau parkir bisa sampai desa terakhir sebelum kita mengawali pendakian. Tapi sekarang (2017) hikers yang hendak mendaki gunung Panderman maupun Gunung Buthak tidak diperkenankan parkir sampai desa terakhir. Jadi harus parkir dibawah desa, kemudian naik ojek untuk menuju titik awal pendakian. Mungkin bloggers pada bertanya, kenapa diberlakukan seperti itu. Iya pasti ada sebabnya. Hal tersebut diberlakukan karena kurang lebih banyak kecelakaan di salah satu titik jalan menuju desa teratas. Ada jalan yang hampir titik kemiringan hampir 75­ derajat. Dimana sepeda motor/mobil jika tidak kuat untuk menanjak bisa-bisa mengakibatkan kecelakan tunggal maupun beruntun.

Pernah saya sendiri mengalaminya ketika menggunakan motor bebek. Dimana masuk gerigi satu dan saya membonceng teman melewati jalan tersebut tidak kuat dan hampir saja saya ambruk di tempat dan bisa jadi menggelinding beserta sepeda motor yang saya naiki. Beruntung sekali saya masih bisa mengendalikan keseimabangan sepeda. Akhirnya saya belok kan sepeda tersebut langsung mengambil arah jalan kemabali ke bawah. Itulah mungkin titik jalan berbahaya yang mungkin dikhawatirkan oleh para penduduk sekitar ketika para pendaki akan mendaki di kawasan tersebut. Jadi sebaiknya, kalian perhatikan dan ikuti petunjuk yang ditetapkan ya, bloggers.


Itulah pengalaman saya ketika menaiki gunung Putri Tidur ini. Mungkin bisa bermanfaat sebagai referensi penunjuk jalan untuk pendakian kesana. See yaa.

Pemandangan Gunung Semeru
Background Arjuno-Welirang
Hutan menuju puncak
Jalur turun sebelah utara
Padang savanna kering
Setapak kering jalur Buthak
Tim Hore Gunung Buthak :v

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire