Perjalanan pendakian kali ini, saya akan bercerita tentang pengalaman mendaki
gunung yang disebut ‘Putri Tidur’ oleh masyarakat arema, yaitu Gunung Buthak.
Memang benar aja sih kalau dilihat dari sebelah timur, tepatnya dari kota
Malang. Gunung ini mirip seperti wanita yang sedang rebahan tidur gituh. Coba aja lihat deh pas kapan-kapan main ke
Malang. ;)
|
Puncak Gunung Buthak |
Oke lanjut ke perjalanan pendakian. Saya berangkat Sabtu (06/09/2015)
dengan hmmm berapa anak yaaa. Agak lupa hahaha, sekitar 10 anak lebih kalau
tidak salah. Ada yang gabung pendakian juga pas waktu itu. Akhirnya jadi banyak
teman pas ndaki. Kami start pendakian dari kawasan parkir Panderman sekitar
pukul 16.00 WIB. Pos 1 itu kalau tidak salah persimpangan antara jalur
pendakian ke gunung Panderman dan gunung Buthak. Habis itu bertemu pos 2
sekitar 15 menit kemudian dengan tanda jalan berbelok ke kiri (kalau kita dari
bawah).
Saat itu dari pos 2, jalur trekking semakin berdebu. Mungkin tidak
terasa ya debu semakin bertebaran kemana-mana di udara karena perjalanan waktu
itu malam hari kasat oleh mata. Tapi benar-benar payah dah kalau misal waktu
hujan. Pasti jalannya berlumpur dan sulit dilewati sekaligus berat di kaki. Selama
kurang lebih 5 jam kami berjalan kaki dari bukit ke bukit, mendaki gunung
melewati lembah (kayak lagunya Ninja Hattori aja wkwkw :v). Kami sampai di pos
V sekitar pukul 21.00 WIB dimana terdapat lahan datar untuk mendirikan beberapa
tenda. Beruntung sekali pas waktu itu ketemu rombongan lain dari mapala Lamongan.
Jadi kami dibantu mereka bareng-bareng mendirikan tenda.
Setelah tenda selesai didirikan dan kami sudah agak kepayahan,
udara dingin pula pas di pos V. Akhirnya kami memutuskan istirahat tidur
setelah mengisi energi dengan perbekalan nasi dan teh hangat. Supaya besok
paginya siap untuk melanjutkan perjalanan lagi ke Puncak.
|
Sisa-sisa pohon terbakar |
Hari minggu pagi, kami bangun dan mempersiapkan makan pagi sebelum
berangkat ke puncak. Setelah nasi, mie rebus dan sisa lauk-pauk kemarin siap,
kami langsung menyantap habis makanan tersebut rame-rame. Habis itu siap-siap
packing barang yang mau dibawa pas muncak di 1 tas carrier. Kami pun memulai
perjalanan sekitar pukul 07.00 WIB. Perjalanan dari pos V menuju padang savanna
penuh dengan kayu pohon yang hitam bekas terbakar (memang waktu itu gunung
Buthak habis heboh-hebohnya kebakaran hutan). Memang tak bisa diindahkan ya
kebakaran hutan tersebut karena memang sepanjang perjalanan waktu itu daun dan
ranting pohon kering kerontang. Jadi wajar saja kalau hal tersebut mudah memacu
kebakaran apalagi angin di ketinggian tersebut lumayan kencang.
Hampir 3 jam pendakian dari pos V, akhirnya kami sampai di savanna
gunung Buthak sekitar pukul 10.00 WIB. Memang benar ya disebut savanna karena
tempat tersebut datar luas dan rumput-rumput khas pada ketinggian 2000-an mdpl.
Tapi sayangnya, ya gitu, hangus bekas kebakaran gitu. Jadi hmm enggak terlihat
hijau nan indah nian. Ya habis bencana, mau gimana lagi ya kalau Allah sudah
menghendaki keadaan alam kita jadi seperti itu ya. Yang penting kita manusia
jangan sampai merusak keindahan itu deh. O iya, di savanna ini sebenarnya
paling cocok banget buat mendirikan tenda. Banyak lahan datar dan yang penting
itu ada sumber air deras di kawasan tersebut.
|
Savanna Kering Gunung Buthak |
Setelah dari savanna kami mengambil jalan agak ke selatan (enggak
tau juga sih itu ke selatan atau kemana ya. Tapi feeling aku sih ke selatan hahaha)
dan nemuin jalan masuk hutan. Jalur ke puncak lewat hutan ini treknya lumayan
miring dan melelahkan sekaligus berdebu pula (siap-siap slayer atau penutup
hidung gitu deh). Akhirnya setelah 1 jam perjalanan, kami tiba di puncak gunung
Buthak sekitar jam 11 siang (pas benar mentereng-menterengnya matahari diatas
ubun-ubun tuh). Tapi kami disuguhkan oleh pemandangan alam yang tak kalah
menakjubkan pada siang hari itu. Disebelah barat lautan awan membanjiri dibawah
puncak. Disebelah utara kami dapat melihat pemandangan gunung Arjuno-Welirang
dengan jernih berdiri kokoh menjulang cakrawala. Di sebelah timur agak ke
tenggara ada puncak gunung Semeru dan pemandangan savanna Buthak yang luas. O
iya, di puncak gunung Buthak itu ada kayak sebuah podium kalau saya
menyebutnya. Podium berlahan hampir sekitar diameter 4x 4 m (perkiraan)
dikelilingi pohon khas ketinggian segitu. Plakatnya pun ada yang ditempel di
pohon sebelah utara podium tanah tersebut kala itu. Enggak tau lagi plakatnya
sekarang masih ada atau enggak. Kan biasanya banyak tangan-tangan jahil tuh.
Hehehe peace!
|
Selatan Puncak |
|
Lautan awan barat Puncak |
|
Podium Puncak Gunung Buthak |
|
Puncak 360° |
Selesai urusan pemotretan di puncak gunung Buthak. Kami beranjak
dari situ jam 12.00 lebih. O iya, sebelum itu kami kan datang dari sisi selatan
puncak. Nah pas turun, kami mengambil jalur sisi utara puncak. Jadi bloggers
harus benar-benar pintar baca jalur ketika turun ya. Jangan sampai tersesat
salah jalur turun. Kemudian tiba di savanna lagi, istirahat sebentar untuk
minum dan mengambil perbekalan air. Di padang savanna sendiri itu ada mata air
jernih. Maka dari itu kebanyakan para pendaki mendirikan camp di savanna.
|
Mata air di savanna |
Setelah selesai istirahat, kami langsung melanjutkan perjalanan
turun dari savanna menuju tempat kami mendirikan tenda di pos V. Kurang lebih
sekitar 1 jam kami tiba di tempat camp. Istirahat sebentar lalu masak makanan
untuk perbekalan energi turun gunung. Packing tenda dan semua peralatan camp,
kami turun sekitar pukul 16.00 WIB. Turun dari pos V sampai basecamp di
parkiran Panderman memerlukan waktu 4 jam, sekitar pukul 20.00 WIB. Bersih-
bersih badan dan istirahat sejenak di masjid sekitar parkiran. Setelah itu kami
langsung balik ke kota Malang.
Tips untuk mendaki gunung Buthak via Panderman. Persiapan fisik dan
logistik jelas harus dipikirkan. Kemudian tiket masuknya dulu ketika tahun 2015
itu Rp 7000/orang. Sejak artikel diterbitkan di blog saya, saya belum tahu lagi
update sekarang menjadi berapa harga tiket masuknya. Dan dulu kalau parkir bisa
sampai desa terakhir sebelum kita mengawali pendakian. Tapi sekarang (2017)
hikers yang hendak mendaki gunung Panderman maupun Gunung Buthak tidak
diperkenankan parkir sampai desa terakhir. Jadi harus parkir dibawah desa,
kemudian naik ojek untuk menuju titik awal pendakian. Mungkin bloggers pada bertanya,
kenapa diberlakukan seperti itu. Iya pasti ada sebabnya. Hal tersebut
diberlakukan karena kurang lebih banyak kecelakaan di salah satu titik jalan
menuju desa teratas. Ada jalan yang hampir titik kemiringan hampir 75 derajat.
Dimana sepeda motor/mobil jika tidak kuat untuk menanjak bisa-bisa
mengakibatkan kecelakan tunggal maupun beruntun.
Pernah saya sendiri mengalaminya ketika menggunakan motor bebek.
Dimana masuk gerigi satu dan saya membonceng teman melewati jalan tersebut
tidak kuat dan hampir saja saya ambruk di tempat dan bisa jadi menggelinding
beserta sepeda motor yang saya naiki. Beruntung sekali saya masih bisa
mengendalikan keseimabangan sepeda. Akhirnya saya belok kan sepeda tersebut
langsung mengambil arah jalan kemabali ke bawah. Itulah mungkin titik jalan
berbahaya yang mungkin dikhawatirkan oleh para penduduk sekitar ketika para
pendaki akan mendaki di kawasan tersebut. Jadi sebaiknya, kalian perhatikan dan
ikuti petunjuk yang ditetapkan ya, bloggers.
Itulah pengalaman saya ketika menaiki gunung Putri Tidur ini.
Mungkin bisa bermanfaat sebagai referensi penunjuk jalan untuk pendakian
kesana. See yaa.
|
Pemandangan Gunung Semeru |
|
Background Arjuno-Welirang |
|
Hutan menuju puncak |
|
Jalur turun sebelah utara |
|
Padang savanna kering |
|
Setapak kering jalur Buthak |
|
Tim Hore Gunung Buthak :v |
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire