mardi 18 juillet 2017

Eksplorasi Negri 1001 Goa Part 1

Gimana ya cara menghabiskan waktu liburan akhir tahun? Khususnya ketika para pelajar sekolah tingkat TK, SD, SMP dan SMA libur semester ganjil. Pasti banyak yang memprediksi di semua jalan maupun tempat wisata pasti akan sangat ramai akan pengunjung.
Nah, salah satu alternatif yang bisa dipilih adalah destinasi wisata yang tidak mainstream. Seperti yang saya lakukan yaitu backpacker-an ke kota Pacitan dengan bersepeda motor.

Minggu (25/12/2016), saya dan Nana, teman saya waktu kuliah di Malang, memulai perjalanan pagi hari dari kota Kediri. Ada 2 jalur yang bisa kita pilih jika kita memulai perjalanan dari kota Tahu, yaitu jalur selatan yang melewati beberapa pegunungan di kabupaten Trenggalek dan jalur utara melewati kabupaten Ponorogo. Akhirnya kami memilih jalur selatan untuk keberangkatan.
Jalan Lintas Selatan (JLS)

“Kuatlah motor, kuaat!”, teriak Nana ketika saya bonceng dibelakang. Maklum sepeda motor yang kami gunakan ialah motor bebek. Jadi kami harus benar-benar pintar menguasai masukan gerigi ketika menanjaki dan menuruni jalan pegunungan.
PLTU di jalur selatan kabupaten Trenggalek
Pacitan dari JLS
Waktu tempuh yang kita habiskan dari Kediri ke Pacitan kurang lebih 4-5 jam. Kami pun sampai di Hotel Pacitan tengah hari. Tempat dimana kami akan menginap selama 3 hari 2 malam disana.
Pemandangan kota Pacitan

“Mau pesan kamar type apa, mbak?”, sapa bapak di meja resepsionis hotel tersebut kepada kami. Kemudian kami melihat beberapa tipe kamar yang ditawarkan di meja resepsionis. Setelah beberapa menit berdiskusi dengan mempertimbangkan kantong backpacker, kami memilih kamar ber-budget Rp 80.000 dengan fasilitas two bed, kamar mandi dalam, kipas angin, non-TV.
Siang itu juga setelah check-in, kami langsung memulai ekspedisi keindahan alam Pacitan. Tempat yang pertama kami kunjungi ialah Pantai Srau yang berada di Pringkuku sekitar 25 km dari kota Pacitan. Untuk menuju pantai ini cukup mengikuti penunjuk arah ke pantai Teleng Ria di jalan km Solo – Pacitan. Sekitar 45 menit berkendara, kami tiba di pantai yang katanya masih asri, bersih dan sepi.
“Stop, 2 orang ya mbak? Jadi total Rp 12.000”, ceplos salah satu petugas di pintu masuk kawasan pantai Srau. Harga segitu sudah termasuk murah. Tak bisa dibandingkan dengan bentang pemandangan yang tersaji di sepanjang pantai pasir putih ini (menurut kacamata nature addict).
Awal masuk akan disuguhi pemandangan rumput hijau dan pohon kelapa di pinggir jalan beraspal. Hamparan hijau daun-daun dan ranting pun seolah menari-nari ketika tersapu oleh hembusan angin dari laut. Rasanya tidak sabar, ingin segera turun dari kendaraan dan menikmati sensasi deburan ombak di pinggir pantai.
Jalan masuk pantai Srau

Ada 3 spot menarik yang bisa dinikmati di pantai Srau. Bibir pantai di bagian timur, bibir pantai bagian barat dan tebing karang.

Tiga spot pantai memiliki khas masing-masing. Pantai bagian timur untuk bermain air dan mandi. Pantai bagian barat bisa dibilang masih alami dan bersih dari sampah. Berburu spot foto bisa dibilang terbaiklah disini. Sedangkan tebing karang, biasanya warga sekitar memanfaatkannya sebagai tempat strategis untuk memancing ikan laut. Ketika kami naik tebing karang ini, kami bisa melihat seluruh tempat dan pemandangan bergulungnya ombak di pantai timur.
Pemandangan di bibir pantai timur
Penduduk lokal memancing di tebing karang


Asri dan bersih
Spot di bibir pantai bagian barat
Senja jingga pun tak terasa akan muncul menggantikan langit biru indah nan cerah. Saatnya saya dan teman saya beralih tempat ke pantai dekat kota Pacitan, yaitu pantai Teleng Ria.
Sama seperti di pantai Srau, pengunjung harus membeli tiket sebelum masuk kawasan wisata. Harga tiket perorang Rp 10.000 dan parkir Rp 3.000.
Pantai Teleng Ria merupakan pantai berpasir kecoklatan. Berbeda pula dengan pantai sebelumnya, Teleng Ria sudah mengalami pembangunan wisata. Disana pengunjung bisa bermain ke pantai, outbound, waterpark kolam renang, berbagai pedagang makanan kaki lima, café, restauran yang sudah tertata apik seperti pujasera.
Sebenarnya sih Teleng Ria kurang bagus untuk menikmati sunset karena posisi pantainya yang melengkung seperti huruf U dari sisi barat sampai sisi timur terhalang oleh tebing. Meski begitu tampak banyak wisatawan yang hilir mudik berjalan kaki, berfoto di sepanjang pantai mengambil moment terbenamnya matahari kala itu.
Suasana senja di pantai Teleng Ria
Waktu senja pun datang saatnya beranjak kembali ke kota Pacitan. Kami berencana beli oleh-oleh khas kota 1001 goa ini di perjalanan kembali. Ada banyak tempat rekomendasi pusat perbelanjaan oleh-oleh disana. Kemudian kami tiba-tiba melipir ke kanan jalan dan toko yang tak sengaja kami hampiri terpampang toko bernama “Put*a Sa**dra”. Toko ini cukup terkenal sebagai pusat oleh oleh khas Pacitan. Ada berbagai jenis olahan tuna bisa kami dapatkan disana, dari olahan Tahu Tuna, Bakso Tuna, Rolade Tuna, dll.
Sampai di hotel pukul 19.00 WIB, kami bersih-bersih diri dan merapikan kamar tidur. Berasa tiada lelahnya, pukul 21.00 WIB kami melanjutkan berkeliling di sekitar Alun-alun kota Pacitan. Lokasinya sendiri pun tepat di depan hotel kami menginap. Jadi kami cukup melangkahkan kaki saja untuk mencapai hiruk pikuk keramaian di jantung kota malam itu.

Sama seperti tata letak alun-alun kota pada umumnya, bagian barat alun-alun merupakan tempat beribadah. Ada masjid berdiri dengan megahnya. Bagian utara ada kantor dinas bupati Pacitan. Dan selebihnya, banyak penjual makanan dan minuman berjajaran dari timur, selatan dan barat alun-alun kota.

Hawa dingin kala itu semakin terasa ketika waktu beranjak semakin malam. Kami coba untuk berkuliner dulu sebelum balik ke hotel. Singkat cerita sih awalnya ingin menemukan makanan yang menjadi khas kota ini. Alhasil teman saya mengidam pempek Palembang dan saya sendiri membeli es Salju Pelangi. Sudah tahu dinginnya malam mulai menusuk tetap saja membeli makanan yang tidak kontras dengan situasi saat itu. Pertimbangan sih karena bentuknya unik saja. Jadi ingin beli dan penasaran rasanya seperti apa.

Itulah kegiatan kami seharian itu. Saatnya kembali ke hotel untuk istirahat dan mengembalikan tenaga fisik untuk perjalanan hari kedua eksplorasi besok pagi. Tunggu lagi cerita perjalanan kami selanjutnya di Negri 1001 Goa. 

Jajanan es salju pelangi
Tugu depan kantor dinas bupati Pacitan


Alun-alun Pacitan saat malam hari

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire