Gimana ya cara menghabiskan waktu liburan akhir tahun? Khususnya
ketika para pelajar sekolah tingkat TK, SD, SMP dan SMA libur semester ganjil.
Pasti banyak yang memprediksi di semua jalan maupun tempat wisata pasti akan sangat
ramai akan pengunjung.
Nah, salah satu alternatif yang bisa dipilih adalah destinasi
wisata yang tidak mainstream. Seperti yang saya lakukan yaitu backpacker-an
ke kota Pacitan dengan bersepeda motor.
Minggu (25/12/2016), saya dan Nana, teman saya waktu kuliah di
Malang, memulai perjalanan pagi hari dari kota Kediri. Ada 2 jalur yang bisa
kita pilih jika kita memulai perjalanan dari kota Tahu, yaitu jalur selatan
yang melewati beberapa pegunungan di kabupaten Trenggalek dan jalur utara
melewati kabupaten Ponorogo. Akhirnya kami memilih jalur selatan untuk
keberangkatan.
Jalan Lintas Selatan (JLS) |
“Kuatlah motor, kuaat!”, teriak Nana ketika saya bonceng
dibelakang. Maklum sepeda motor yang kami gunakan ialah motor bebek. Jadi kami
harus benar-benar pintar menguasai masukan gerigi ketika menanjaki dan menuruni
jalan pegunungan.
PLTU di jalur selatan kabupaten
Trenggalek
|
Pacitan dari JLS |
Waktu tempuh yang kita habiskan dari Kediri ke Pacitan kurang lebih
4-5 jam. Kami pun sampai di Hotel Pacitan tengah hari. Tempat dimana kami akan
menginap selama 3 hari 2 malam disana.
Pemandangan kota Pacitan
|
“Mau pesan kamar type apa, mbak?”, sapa bapak di meja resepsionis
hotel tersebut kepada kami. Kemudian kami melihat beberapa tipe kamar yang
ditawarkan di meja resepsionis. Setelah beberapa menit berdiskusi dengan mempertimbangkan
kantong backpacker, kami memilih kamar ber-budget Rp 80.000
dengan fasilitas two bed, kamar mandi dalam, kipas angin, non-TV.
Siang itu juga setelah check-in, kami langsung memulai ekspedisi
keindahan alam Pacitan. Tempat yang pertama kami kunjungi ialah Pantai Srau yang
berada di Pringkuku sekitar 25 km dari kota Pacitan. Untuk menuju pantai ini
cukup mengikuti penunjuk arah ke pantai Teleng Ria di jalan km Solo – Pacitan. Sekitar
45 menit berkendara, kami tiba di pantai yang katanya masih asri, bersih dan
sepi.
“Stop, 2 orang ya mbak? Jadi total Rp 12.000”, ceplos salah satu
petugas di pintu masuk kawasan pantai Srau. Harga segitu sudah termasuk murah.
Tak bisa dibandingkan dengan bentang pemandangan yang tersaji di sepanjang
pantai pasir putih ini (menurut kacamata nature addict).
Awal masuk akan disuguhi pemandangan rumput hijau dan pohon kelapa
di pinggir jalan beraspal. Hamparan hijau daun-daun dan ranting pun seolah
menari-nari ketika tersapu oleh hembusan angin dari laut. Rasanya tidak sabar,
ingin segera turun dari kendaraan dan menikmati sensasi deburan ombak di pinggir
pantai.
Jalan masuk pantai Srau
|
Ada 3 spot menarik yang bisa dinikmati di pantai Srau. Bibir pantai
di bagian timur, bibir pantai bagian barat dan tebing karang.
Tiga spot pantai memiliki khas masing-masing. Pantai bagian timur
untuk bermain air dan mandi. Pantai bagian barat bisa dibilang masih alami dan
bersih dari sampah. Berburu spot foto bisa dibilang terbaiklah disini.
Sedangkan tebing karang, biasanya warga sekitar memanfaatkannya sebagai tempat strategis
untuk memancing ikan laut. Ketika kami naik tebing karang ini, kami bisa melihat
seluruh tempat dan pemandangan bergulungnya ombak di pantai timur.
Pemandangan di bibir pantai timur
|
Penduduk lokal memancing di tebing
karang
|
Asri dan bersih |
Spot di bibir pantai bagian barat
|
Senja jingga pun tak terasa akan muncul menggantikan langit biru
indah nan cerah. Saatnya saya dan teman saya beralih tempat ke pantai dekat
kota Pacitan, yaitu pantai Teleng Ria.
Sama seperti di pantai Srau, pengunjung harus membeli tiket sebelum
masuk kawasan wisata. Harga tiket perorang Rp 10.000 dan parkir Rp 3.000.
Pantai Teleng Ria merupakan pantai berpasir kecoklatan. Berbeda
pula dengan pantai sebelumnya, Teleng Ria sudah mengalami pembangunan wisata.
Disana pengunjung bisa bermain ke pantai, outbound, waterpark kolam renang,
berbagai pedagang makanan kaki lima, café, restauran yang sudah tertata apik
seperti pujasera.
Sebenarnya sih Teleng Ria kurang bagus untuk menikmati sunset
karena posisi pantainya yang melengkung seperti huruf U dari sisi barat sampai
sisi timur terhalang oleh tebing. Meski begitu tampak banyak wisatawan yang
hilir mudik berjalan kaki, berfoto di sepanjang pantai mengambil moment
terbenamnya matahari kala itu.
Suasana senja di pantai Teleng Ria
|
Waktu senja pun datang saatnya beranjak kembali ke kota Pacitan.
Kami berencana beli oleh-oleh khas kota 1001 goa ini di perjalanan kembali. Ada
banyak tempat rekomendasi pusat perbelanjaan oleh-oleh disana. Kemudian kami
tiba-tiba melipir ke kanan jalan dan toko yang tak sengaja kami hampiri terpampang
toko bernama “Put*a Sa**dra”. Toko ini cukup terkenal sebagai pusat oleh oleh
khas Pacitan. Ada berbagai jenis olahan tuna bisa kami dapatkan disana, dari
olahan Tahu Tuna, Bakso Tuna, Rolade Tuna, dll.
Sampai di hotel pukul 19.00 WIB, kami bersih-bersih diri dan
merapikan kamar tidur. Berasa tiada lelahnya, pukul 21.00 WIB kami melanjutkan berkeliling
di sekitar Alun-alun kota Pacitan. Lokasinya sendiri pun tepat di depan hotel
kami menginap. Jadi kami cukup melangkahkan kaki saja untuk mencapai hiruk
pikuk keramaian di jantung kota malam itu.
Sama seperti tata letak alun-alun kota pada umumnya, bagian barat
alun-alun merupakan tempat beribadah. Ada masjid berdiri dengan megahnya.
Bagian utara ada kantor dinas bupati Pacitan. Dan selebihnya, banyak penjual
makanan dan minuman berjajaran dari timur, selatan dan barat alun-alun kota.
Hawa dingin kala itu semakin terasa ketika waktu beranjak semakin
malam. Kami coba untuk berkuliner dulu sebelum balik ke hotel. Singkat cerita
sih awalnya ingin menemukan makanan yang menjadi khas kota ini. Alhasil teman
saya mengidam pempek Palembang dan saya sendiri membeli es Salju Pelangi. Sudah
tahu dinginnya malam mulai menusuk tetap saja membeli makanan yang tidak kontras
dengan situasi saat itu. Pertimbangan sih karena bentuknya unik saja. Jadi
ingin beli dan penasaran rasanya seperti apa.
Itulah kegiatan kami seharian itu. Saatnya kembali ke hotel untuk
istirahat dan mengembalikan tenaga fisik untuk perjalanan hari kedua eksplorasi
besok pagi. Tunggu lagi cerita perjalanan kami selanjutnya di Negri 1001 Goa.
Jajanan es salju pelangi
|
Tugu depan kantor dinas bupati
Pacitan
|
Alun-alun Pacitan saat malam hari
|
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire