Gunung Welirang adalah gunung berapi aktif berketinggian 3156 mdpl.
Gunung ini terletak di perabatasan kota Pasuruan, kota Batu dan kabupaten
Mojokerto. Welirang masuk dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soerjo. Gunung
Welirang sendiri bersebelahan dengan Gunung Arjuno, Gunung Kembar I (K1), dan
Gunung Kembar II (K2). Puncak Gunung Welirang terletak pada satu punggungan
yang sama dengan puncak gunung Arjuno, sehingga kompleks ini sering disebut
juga dengan Arjuno-Welirang (Wikipedia).
|
Peak of mount Welirang |
Hari jumat (27/11/2015) saya melakukan pendakian ke gunung Welirang
dengan 5 orang teman (Cak Ilung, Mas Amal, Mbak Umi, Sakdyah dan Bos Emil
wkwkwk :v). Kami berangkat dari kota Malang sore hari sampai di pos pintu masuk
pendakian sekitar jam 8 malam. Setelah sholat isya’ dan makan sebentar di
warung dekat pos, kami bersiap melakukan pendakian malam itu juga.
Kami mengawali pendakian sekitar jam 9 malam. Susana pun masih
bersemangat, kami bercandaan ini dan itu sepanjang perjalanan. Di kawasan awal
ini, kami melewati gugusan pohon pring (bambu), hutan pinus dan ladang warga.
Tidak jarang pula kami masih mendengar teriak nan tawa anak pramuka
(kemungkinan) ramai berkegiatan camping di kala malam itu.
Setengah jam berjalan, tak terasa sudah sampai di pos pet bocor
alias pos 1( 21.30 WIB). Kenapa pos tersebut dinamakan demikian. Sebab ada mata
air yang mengalir di pos tersebut. Kalau tidak salah, mata air tersebut di
lewatkan pipa/aralon besar atau bamboo yang bocor. Akhirnya pun oleh masyarakat
sekitar dinamakan pet. Masih di pet bocor juga, ada rumah gubug disamping mata
air. Gubug tersebut digunakan untuk berjualan ketika pagi menjelang.
|
Camp di Kokopan |
Setelah duduk sebentar menikmati keheningan malam diiringi deringan
jangkrik di pet bocor, kami melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya,
yaitu kokopan (pos 2). Perjalanan dari pos ini sudah mulai menampakkan jalan
yang terus menanjak. Maklum karena rombongan banyak cewek-cewek, kami menempuh
perjalanan hampir 2 jam lebih dan sampai di pos 2 sekitar tengah malam (00.00
WIB). Di pos 2 ini kami mendirikan tenda (camp) dan istirahat. Menurut ketua
rombongan (para cowok), lebih baik menyimpan energi dulu di pos ini. Sebab kami
sudah lelah dari perjalanan dari Malang hingga pos Kokopan. Dan juga perjalanan
masih jauh jika memaksakan diri lanjut jalan.
Besoknya, Sabtu (28/11/2015) subuh sekitar jam 5 kami sholat dan
memasak sarapan pagi. Di kemiringan dataran dimana kami memasak dan tenda
berdiri, tersaji pemandangan indah terhampar luas daratan. Tak jauh juga
terlihat gunung Penanggungan dengah khas puncak runcing sempurnanya (mirip
Semeru). Oh iya, nilai plusnya nih kalau kita mendaki jalur Tretes. Banyak mata
air yang akan kita temui sepanjang pos. salah satunya di Kokopan. Banyak
pendaki memilih tempat ini untuk mendirikan tenda karena dekat dengan sumber
air melimpah.
|
Tim komplit |
Selesai sarapan dan mengepak ulang tenda di carrier, kami siap
lanjut jalan jam 8 pagi ke pondokan (pos 3). Vegetasi dari sudah mulai terlihat
berbeda. Dari awalnya ladang terasering menjadi hutan khas ketinggian 2000
mdpl, yaitu hutan cemara. Perjalanan kali ini memakan waktu lama karena memang
jaraknya sendiri lumayan jauh. Serta perlu diketahui, treknya menanjak tanpa
ampun dan tanpa bonus. Tak ayal, rombongan cewek sering kepayahan. Apalagi saya
keseringan istirahat dan selalu tertinggal di belakang dari rombongan
(maafkeun). Sekitar 5 jam berjalan+istirahat di perjalanan, kami tiba di pos 3,
Pondokan. Langsung saja saya ambruk, istirahat dan membenamkan mata sebentar.
Sementara yang lain sibuk bergantian mencari air untuk wudlu, kemudian sholat
dhuhur. Tak berapa lama setelah itu, saya dibangunkan untuk giliran sholat.
Pos 3, kenapa dinamakan pondokan? Karena di tempat ini banyak rumah
gubug (pondok) yang konon dipakai warga Tretes untuk sejenak beristirahat.
Istirahat untuk apa ya kira-kira? Iya istirahat setelah menambang belerang di
sekitar puncak Welirang. Asal bloggers tau aja, banyak warga sekitar Tretes
bermata pencaharian dengan menambang belerang di lereng gunung ini. Jadi bisa
dibayangkan, apalah kita-kita para pendaki Welirang bila dibandingkan dengan
penambang tersebut. Yang harus bolak balik tiap hari ke lereng demi mengais
sebuah nasi untuk keluarga.
|
Pos 3 Pondokan |
Tambahan info juga, kalau jalur Trestes ini bisa dilewati oleh
mobil. Tentunya juga bukan mobil sembarangan lo. Mobil yang dipakai untuk
menanjak jalan di jalur gunung Welirang ya sejenis mobil-mobil off road (beroda
besar+keras). Mobil ini juga berfungsi sebagai pengangkut belerang yang sudah
diambil penambang dari lereng. Kemudian dikumpulkan di pos 3 pondokan. Jadi
mobil tersebut hanya bisa beroperasi sampai pos tersebut.
Pos 3 ini juga menjadi tempat persimpangan jalur pendakian antara
Arjuno dan Welirang via Tretes. Jadi kalau bloggers ingin ke puncak Ogal Agil,
dari pondokan harus ambil jalan ke kiri. Sedangkan kalau menambang belerang dan
ke puncak Welirang ambil jalur lurus ke kanan.
Setelah dari pos 3, kami lanjut meluncur sekitar jam 2 siang.
Dimana nantinya kami akan mendirikan tenda dan istirahat di simpangan K2 dan
puncak Welirang. Vegetasi tumbuhan yang terlihat di ketinggian ini sudah mulai
tampak. Yakni jalan berbatuan kapur dan tumbuhan pohon Chantigi yang hanya
tumbuh diatas ketinggian 3000 mdpl. Tak terasa juga jalur perjalanan beriringan
pohon Chantigi ini memakan waktu 3 jam dari pondokan. Akhirnya sampai di
simpangan jam 5 sore.
|
Camp di Simapangan K2 dan puncak Welirang |
Angin dan kabut menyelimuti sepanjang malam tempat kami mendirikan
tenda. Situasi tersebut membuat kami agak sedikit takut jika tiba-tiba ada
badai (sebenarnya juga takut ada makhluk tak kasat nyamperin wkwkwk :v)
kemudian menghempaskan tenda kami. Kami pun memutuskan langsung istirahat tanpa
basa basi bercanda setelah makan dan sholat. Lebih baik juga cepat-cepat
istirahat menyimpan tenaga menuju puncak Welirang keesokan paginya.
Subuh menjelang di hari minggu (29/11/2015),
kami bangun dan subuh an jam 5 pagi (aslinya mau ngejar sunrise di puncak tapi
berat ninggalin mimpi wkwkwk). Tidak ada waktu untuk sarapan. Langsung packing barang yang mau dibawa ke puncak. Baru
kami bergegas lewat jalur ke puncak Welirang jam 6 pagi.
|
Wisata petik Chantigi :v |
Sepanjang perjalanan pohon Chantigi mengiringi
kami. Ngomong-ngomong tentang pohon unik ini, Chantigi ternyata bisa dimakan
lo. Rasa buahnya mirip dengan buah Anggur. Hanya bedanya, tumbuhan endemik
tersebut berbentuk mungil dan hanya ditemukan di ketinggian khusus. Coba saja
bloggers kalau mendaki di wilayah tersebut. Kami malah mau petik banyak agar
bisa dibawa pulang untuk kenang-kenangan. Haha
Banyak cabang jalan yang terlihat juga
diantara simpang-simpag batuan dan ranting pohon. Bloggers harus hati-hati
dalam memilih jalur. Karena cabang tersebut bisa jadi arah turun gunung. Jadi
amati saja jalur yang selalu mengarah naik/menanjak.
|
Penampakan goa di kawasan puncak |
Tak jauh juga dari jalur pendakian, ada goa
batu yang menjadi pertanda jalur mengarah ke puncak Welirang. Benar saja, tak
lama setelah itu puncak gunung ini terlihat dari kejauhan seperti kepala
merunduk. Langsung kami bergegas dan mengelurkan pose terbaik diatas 3156 mdpl
ini. Tak ada plakat spesial yang menunjuk gunung Welirang. Namun ada sejenis
batu besi sebagai penanda tersebut adalah puncak tertinggi.
Kami sampai di puncak sekitar jam 7 pagi.
Sekalian berlama-lama menikmati indahnya pemandangan dari pucuk, terlihat kawah
menganga di sebelah barat. Sebelah utara nampak juga gunung Penanggungan, timur
ada puncak K1+K2 dan tetangga sebelah puncak Arjuno, dan di selatan ada
hamparan lahan sawah, kota Batu beserta gunung Buthak.
|
Titik puncak merunduk terlihat dari kejauhan |
|
View kota Batu |
|
(Kiri-kanan; Mas Amal, Sakdyah, Saya, Bos Emil, Mbak Umi dan Cak Ilung) |
Selama 1 jam kami di Puncak, jam 08.00 pagi kami turun ke simpangan.
Kami memasak sisa–sisa makanan/snack yang ada karena sudah hari ke 3 yang
mengartikan logistic kami juga mulai menipis. Tidak tanggung-tanggung memang,
dari puncak pada kelaparan. Jadi sedikit enteng bawa carrier turun dari pos
simpangan. Setelah semua terpacking rapi, baik tenda dan peralatan masak, kami turun
sekitar jam 10 pagi.
Untuk turun gunung, waktu tempuh bisa lebih cepat dibandingkan
naik. Singkatnya, kami dari Simpangan ke Pondokan hanya memakan waktu 2 jam,
yakni sampai jam 12 siang. Dari Pondokan ke Kokopan juga hanya 2 jam. Kemudian
dari Kokopan jam 3 sore, lansung ke basecamp sampai jam 5 sore.
|
Istirahat bentar ya~ |
Sesampainya di basecamp, kami bertemu banyak sekali pendaki. Mereka
kebanyakan memilih ke Arjuno. Berbeda dengan kami, dimana sepanjang perjalanan
jarang bertemu pendaki ke puncak Welirang. Kami bertemu pendaki lain juga sih
di puncak. Namun mereka naik dari via kota Batu (Cangar).
Setelah selesai mandi, bersih-bersih segala perlatan, kami siap
kembali ke kota Malang tepat setelah Magrib. Sebelum berpisah (karena ada yang
asli Pasuruan), kami bareng-bareng menikmati masakan yang tak bakal ditemukan
diatas puncak gunung, bakso dan es degan. Alhamdulillah nikmat tiada tara.
Untuk tipsnya mendaki gunung Welirang via Tretes. Logistic dan
fisik harus siap pastinya. Lapor ke basecamp sebelum mendaki dimana nanti harus
membayar tiket masuk. Seingat saya waktu itu harga tiket 8000 per orang. Tapi
kurang tau lagi sekarang berapa. Ini nih kalau beruntung, bloggers bisa nebeng
mobil juga. biasanya ngangkut belerang dari pos Pondokan lo. Kalau beruntung ketemu ya. hehe
Gunung ini termasuk gunung angker. Jadi hati-hati saja. Bloggers
tidak diperkenankan aneh-aneh jika tak ingin sesuatu terjadi pada kalian (haha
menakuti). Kalau memutuskan camp terakhir di dekat puncak seperti kami. Sebaiknya
bloggers mendirikan tenda dibawah pohon agar angin yang bertiup tidak
merobohkan tenda. Soalnya benar-benar kencang sekali angin di ketinggian
3000an mdpl dan cuaca sering sekali gampang berubah-ubah. Pokoknya stay safety
aja.
Nah sekian pengalaman saya ketika mendaki gunung Welirang. Mungkin
ada tambahan info lagi mengenai gunung ini. Sialahkan memberi komentar di bawah
ya. Agar teman-teman bloggers yang lain tahu tentang info terupdatenya.
Merciiii ;)
|
Gunung Penanggungan berselimut awan |
|
Pondokan warga di pos 3 |
|
Cewek-cewek carrier :v |
|
Setapak jalan dari pos 2 ke pos 3 |
|
Trek bebatuan ke puncak |
|
Foto dulu kak :v |
|
Jalan landai dekat puncak |
|
Begitulah arah tanjakan bebatuan ke puncak |
|
Selfie bareeengg... *cekrek! |