Dengan menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan 1436 H, saya
melakukan aktifitas outdoor pada tanggal 06 Juni 2015 dengan mendaki gunung
(Hmm, apasih ini hubungannya puasa sama aktifitas outdoor? Nggak korelasi
banget :’v) di kawasan Mojokerto, yaitu gunung Penanggungan. Gunung ini (yang
saya tahu) bisa didaki dari Trawas dan Jolotundo. Nah waktu itu, ane memilih
jalur Trawas yang katanya jalur favorit para pendaki. Dan kalau ada blogger
yang menyukai situs-situs peninggalan sejarah, di sepanjang perjalanan menuju
puncak Penanggungan terdapat candi-candi peninggalan kerajaan Hindu-Budha. Tapi
blogger harus lewat jalur pendakian dari Jolotundo. Nanti bakal nemuin
bermacam-macam candi seperti Candi Kendalisodo, Candi Merak, Candi Yudha, Candi
Pandawa, dan Candi Selokelir.
|
Puncak Penanggungan 1653 Mdpl |
Ane berangkat pukul 13.00 WIB dari Malang-Mojokerto kurang
lebih selama 2 jam naik sepeda motor dengan komunitas yang dinamakan DISTRICT (Ladies Trip
Community) hahaha (buat perkumpulan dewe). Anggota yang ikut ada 5 orang cewek (ane, Emil, Dyah, Nadia,
dan Mbak Shofi) dan semua naik bawa carrier (kurang keren apa cobak cewek-cewek
ini wkwkwk :’v).
|
Jalur dari Malang ke Trawas, Mojokerto |
Kami tiba di pos basecamp Pelawangan pukul 16.00 WIB. Setelah
selesai sholat dan packing ulang semua isi carrier, kami mulai perjalanan
pendakian pukul 17.00 WIB. Sekitar 15 menit ditengah perjalanan, ada plakat
penunjuk arah puncak itu menunjuk belok kiri. Padahal kata temen saya (yang
sudah pernah naik Penanggungan), jalan dari basecamp ke bukit bayangan lurus
dan terus nanjak tanpa bonus. Awalnya kami agak ragu mengambil jalan
persimpangan ini. Namun pas mau balik, kami bertemu satu kelompok cowok pendaki
yang juga lewat situ. Jadi kami urung kembali ke jalan persimpangan tadi dan
tetap melanjutkan jalan.
|
Basecamp Pelawangan |
Nah tak disangka-sangka, salah satu dari kelompok pendaki
tadi itu teman SMP dari salah satu teman DISTRICT (Dyah). Mungkin karena waktu
semakin gelap dan tidak tega melihat para cewek-cewek ini naik sendirian,
akhirnya kami join bareng jalan menuju puncak. Di sepanjang perjalanan, ragu-ragu
menghantui kami untuk mengambil jalan arah mau ke puncak. Karena jalannya nggak
biasanya seperti itu. Apalagi pas malam minggu, tentunya kan ada banyak pendaki
lain yang harusnya kami temui. But there’s nothing people.
|
Lewat jalan pintas yang tidak umum (jalan sesat :'v) |
Namun perjalanan
tetap kami lanjutkan selama kami mengikuti jalan setapak jelas. (Untung saja
sih, kami juga dibarengi sama mas-mas ini. Mereka juga membantu bergantian
membawa carrier temen saya yang lumayan berat :D). Akhirnya kami ketemu
persimpangan jalan normal menuju puncak dimana kami bertemu dengan rombongan
ramai pendaki lain. Yaaah intinya, awalnya kami tersesat, tidak mengikuti jalur
pendakian pada umumnya.
Pendakian dari basecamp ke puncak bayangan memakan waktu hampir
3 jam lebih. Tiba di puncak bayangan pukul 21.00 WIB kami langsung mencari
lahan datar untuk mendirikan tenda. Sekitar pukul 22.00 WIB tenda sudah siap
dipakai untuk istirahat sejenak sebelum kami melanjutkan perjalan menuju puncak Pawitra. Dan tak lupa kami masak makanan sebelum istirahat untuk mengisi tenaga.
|
Persiapan packing barang untuk summit |
Setelah istirahat kurang lebih 3 jam, kami siap-siap summit
pukul 02.30 WIB. Jalur pendakian dari puncak bayangan ke puncak pawitra terjal,
banyak kerikil dan kemiringan gunung hampir 65˚. Jadi ane mencari tumpuan
batu kuat untuk merangkak naik. Tapi subhanallah sekali, pemandangan kota
Mojokerto dari lereng puncak tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Banyak
lampu-lampu berkilauan disertai bulan purnama yang bersinar pada malam itu (pas
banget pertengahan bulan hijriah kami muncak).
|
Guess you can see the moon? It's little bit dark |
Pukul 05.00 WIB kami tiba di puncak Pawitra. Bisa dibilang beratus-ratus
umat membanjiri puncak pagi itu. Langsung kami mencari spot yang agak sepi
untuk menyaksikan matahari terbit (sunrise) dari arah timur. Tidak lain dan
tidak bukan langsung kami keluarkan kamera untuk mengabadikan momen indah kala
itu. Sempat kabut menyelimuti sekitar pemandangan di Puncak. Tapi lama kelamaan kabut menghilang and the beautiful sun is rising.
Dari puncak Pawitra, kami bisa melihat laut di daerah Pasuruan, lampu-lampu kota (Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Mojokerto) dari arah timur. Dan di arah selatan berdiri gagah dua puncak gunung setinggi 3000an mdpl, yaitu Arjuno dan Welirang.
|
Awaiting sunrise |
Puas foto bersama dan makan cemilan di puncak, kami turun pukul 07.00 WIB.
Sekitar pukul 09.00 WIB, kami tiba di tenda puncak bayangan. Masak untuk
sarapan dan setelah itu packing semua barang dan tenda, siap-siap untuk turun
ke basecamp. Pukul 10.30 WIB, we are ready to go down. Kami turun berlima tanpa
teman-teman cowok tadi yang sudah turun dahulu (Iyaa, terima kasih sudah
membantu kami sepanjang perjalanan menuju puncak ya, kakak-kakak :D). Selama
kurang lebih 3 jam, kami tiba di basecamp pukul 13.00 WIB. Bisa dibilang agak
lama, ya maklum juga di perjalanan turun banyak istirahat dan foto-foto :D.
|
A siluet morning of us :) |
Tips untuk mendaki gunung Penanggungan ini, blogger yang
pasti ikuti jalurnya (plakat penunjuk arah puncak). Kalau mungkin kejadian
kayak saya, ngikutin petunjuk plakat tapi salah jalur. Blogger menunggu aja
kelompok pendaki lain yang biasanya akan lewat jalur tersebut. Kalau misalnya
tidak ada sama sekali maka sebaiknya blogger kembali ke jalur persimpangan
dimana blogger ragu untuk berbelok. Tetap bersama dengan kelompok jangan sampai
terpisah. Kalau ada teman kelompok capek, jangan sampai ditinggal. Ada kejadian
ya. 3 hari sebelum kami naik, ada pendaki remaja hilang tersesat pada malam
hari di gunung ini karena terpisah dari kelompoknya. Akhirnya siang hari
diketemukan dengan keadaan lemas tanpa membawa logistik apapun di sekitar pos 3 pendakian. Ingat!! Meski
gunung ini jalurnya sudah jelas dan tingginya hanya 1000an mdpl, jangan sekali-kali
meremehkan. Mendirikan tenda sebaiknya di puncak bayangan agar beban naik
puncak tidak berlebih. Lagipula keadaan di puncak Pawitra berangin kencang pakek banget.
|
Warna warni tenda di bukit bayangan Penanggungan |
O iya sih, sedikit curahan yang dirasakan selama pendakian
kami, cewek-cewek berlima. Selain kami bisa belajar mandiri untuk mengepak
segala kebutuhan dan peralatan menggunung saat itu. Tak jarang banyak pendaki
lain membantu kami dan sempat ketika turun, kami kehabisan air minum/dehidrasi
ada kelompok pendaki lain yang menawarkan pundi-pundi simpanan air minum mereka
untuk berbagi dengan kami. Disitulah adanya pelajaran positif yang bisa diambil,
yaitu pentingnya kebersamaan dan berbagi antar sesama pendaki lain. Meskipun kami
tidak saling mengenal.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire